Mai Kazumi
(By . Sekar Melati Kamah)
***
Cerita ini berlangsung dahulu ketika Jepang menjajah Indonesia, kalian tahu? Masa-masa itu Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat setelah Jepang menghancurkan Pearl Harbour .
Kota Nagasaki tempat tinggal seorang anak sekitar berumur 10 tahun yang selamat dari pembom-an itu, Mai Kazumi . Kedua orang tuanya sudah meninggal, kini Mai tinggal di bongkahan rumah yang sudah kotor bersama seorang anak perempuan sepantaran dengannya yang ia temukan di pinggiran kota Nagasaki , kita ketahui anak itu bernama Natsumi Hoshi . Keduanya hidup bersama setelah satu tahun silam menyedihkan itu berlalu .
“Hoshi, kini orang tua kita sudah tiada, kita juga tak bisa sekolah jika tak ada yang membiayai kita.. Dan hal yang paling penting, kita harus pindah sekarang juga dari kota ini” Sejenak keheningan terbuyar dari lamunan Hoshi yang dikagetkan Mai “Eh..ya? dan selama ini aku tak pernah memikirkan itu,Mai” Hoshi kembali membuang muka dan memutar tubuhnya tidak berhadapan dengannya, Mai yang sedang duduk di dekat jendela kembali menanyakan “Bagaimana jika kita pindah ke Tokyo? Yokohama?Hokkaido? Tidak.. kalau Nagoya?Kanazawa?Shizuoka? Tidak,terlalu sepi,..Aichi?Kyoto?Ishikawa? Oh..oh terlalu banyak dan mungkin kau bisa memberi ide kawan!” Mai kembali menonjolkan mulutnya , sangat berisik bagi Hochi yang sedang kembali tidur “Mai, kubilang aku tidak akan pernah pergi dari sini, coba kau pikirkan dari otakmu . Jika kita pergi dari rumah ini kita akan tinggal dimana? Siapa yang mengurus kita? Dari mana kita bisa ke kota kota yang kau bilang tadi? Bisa kau pikir kan!” seru Hochi sesekali meladeni Mai “Baiklah Hochi, dan aku lihat kau tidur dari pukul sepuluh tadi, bisakah kita bicara di kafe baru yang ada di seberang pohon genmai itu? “Ow..w..ow…. kau tahu kalau kau berkata kepadaku apabila aku tidur, tetapi jika sebaliknya tidak”ujar Hochi bangkit dari ranjangnya “Jadi kau memakai sepatu bot baru yang kau temukan di belakang rumah saat musim salju, Hochi?” tanya Mai heran “Sangat tak penting untuk dibahas, lebih baik kita langsung saja kau ini sangat berisik,Mai!” Hochi dan Mai meninggalkan rumah kotornya dan menuju kafe yang baru dibuka sejak pembom an berakhir .
Mai Kazumi dan Natsmi Hochi memesan dua ocha hangat yang dahulu masih setengah harga dari sekarang “Terimakasih..”Hochi mengambil ocha hangat itu dari tangan pelayan yang mau memberikan kepadanya “Jadi?? Aku tidak tahu kita harus bagaimana!” Mai memulai pembicaraan “Kaubilang, kita akan pindah?”tanya Hochi sambil menyeruput ocha yang hangat itu “Kau setuju,kawan?” Mai berseru sampai sebagian tehnya berceceran tumpah dan mengenai lengan Hochi “Jangan begitu,Mai! Dan aku kurang setuju apabila yang kau katakan tadi.. lebih baik kita akan membesarkan diri hingga mempunyai anak ditempat itu aku tak berfikir lebih Mai”kata Hochi agak kurang setuju “Sudah kuduga kau tak setuju, tetapi jika kehendak berubah kita akan pindah bukan?” seru Mai kepada Hochi setara membersihkan lengannya “Terserah kau, Mai” mereka berbicara , bincang-bincang sangat seru dan mendebarkan.
Esok hari, tak diduga depan rumah mereka tertimbun salju yang tak permisi “Wow! Mai, hari ini bersalju apa kau mau bermain?” Hochi mengagetkan Mai yang masih kadang tertidur “Ow..ow…..ow….oww bisa saja aku mau dan tak perlu mengagetkan mimpi burukku , tetapi lebih baik begitu. Dan, aku setuju” Mereka berdua memakai sepatu bot yang mereka temukan di serakan dekat rumah tahun lalu “Asyiknya, dan aku teringat masa lalu bersama keluargaku, aku teringat itu , Mai!” Hochi yang tadinya berseru kini sedih mengingat masa lalu “Jangan dipikirkan, Hochi memang kesedihan tak bisa dipendam . Dari lubuk hatiku hanya ada keluargaku tercinta kini sudah tiada. Masa lalu biarkan berlalu” Mai menarik tangan Hochi ke kursi taman yang tertimbun salju “Hikss.. Mai, kau memang sahabat hidup terbaik yang pernah kutemui . Terima kasih Mai” Hochi merangkul yang katanya sahabat hidup terbaiknya “Betul perkataanmu, Hochi kita tak akan pindah,sahabatku . Terima kasih juga karena sudah bersedia hidup bersahabat bersamaku” Mereka berdua memang persahabatan yang tak bisa dipisahkan, dan ketika itu hujan salju ringan bertebaran .
TAMAT.
(By . Sekar Melati Kamah)
***
Cerita ini berlangsung dahulu ketika Jepang menjajah Indonesia, kalian tahu? Masa-masa itu Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat setelah Jepang menghancurkan Pearl Harbour .
Kota Nagasaki tempat tinggal seorang anak sekitar berumur 10 tahun yang selamat dari pembom-an itu, Mai Kazumi . Kedua orang tuanya sudah meninggal, kini Mai tinggal di bongkahan rumah yang sudah kotor bersama seorang anak perempuan sepantaran dengannya yang ia temukan di pinggiran kota Nagasaki , kita ketahui anak itu bernama Natsumi Hoshi . Keduanya hidup bersama setelah satu tahun silam menyedihkan itu berlalu .
“Hoshi, kini orang tua kita sudah tiada, kita juga tak bisa sekolah jika tak ada yang membiayai kita.. Dan hal yang paling penting, kita harus pindah sekarang juga dari kota ini” Sejenak keheningan terbuyar dari lamunan Hoshi yang dikagetkan Mai “Eh..ya? dan selama ini aku tak pernah memikirkan itu,Mai” Hoshi kembali membuang muka dan memutar tubuhnya tidak berhadapan dengannya, Mai yang sedang duduk di dekat jendela kembali menanyakan “Bagaimana jika kita pindah ke Tokyo? Yokohama?Hokkaido? Tidak.. kalau Nagoya?Kanazawa?Shizuoka? Tidak,terlalu sepi,..Aichi?Kyoto?Ishikawa? Oh..oh terlalu banyak dan mungkin kau bisa memberi ide kawan!” Mai kembali menonjolkan mulutnya , sangat berisik bagi Hochi yang sedang kembali tidur “Mai, kubilang aku tidak akan pernah pergi dari sini, coba kau pikirkan dari otakmu . Jika kita pergi dari rumah ini kita akan tinggal dimana? Siapa yang mengurus kita? Dari mana kita bisa ke kota kota yang kau bilang tadi? Bisa kau pikir kan!” seru Hochi sesekali meladeni Mai “Baiklah Hochi, dan aku lihat kau tidur dari pukul sepuluh tadi, bisakah kita bicara di kafe baru yang ada di seberang pohon genmai itu? “Ow..w..ow…. kau tahu kalau kau berkata kepadaku apabila aku tidur, tetapi jika sebaliknya tidak”ujar Hochi bangkit dari ranjangnya “Jadi kau memakai sepatu bot baru yang kau temukan di belakang rumah saat musim salju, Hochi?” tanya Mai heran “Sangat tak penting untuk dibahas, lebih baik kita langsung saja kau ini sangat berisik,Mai!” Hochi dan Mai meninggalkan rumah kotornya dan menuju kafe yang baru dibuka sejak pembom an berakhir .
Mai Kazumi dan Natsmi Hochi memesan dua ocha hangat yang dahulu masih setengah harga dari sekarang “Terimakasih..”Hochi mengambil ocha hangat itu dari tangan pelayan yang mau memberikan kepadanya “Jadi?? Aku tidak tahu kita harus bagaimana!” Mai memulai pembicaraan “Kaubilang, kita akan pindah?”tanya Hochi sambil menyeruput ocha yang hangat itu “Kau setuju,kawan?” Mai berseru sampai sebagian tehnya berceceran tumpah dan mengenai lengan Hochi “Jangan begitu,Mai! Dan aku kurang setuju apabila yang kau katakan tadi.. lebih baik kita akan membesarkan diri hingga mempunyai anak ditempat itu aku tak berfikir lebih Mai”kata Hochi agak kurang setuju “Sudah kuduga kau tak setuju, tetapi jika kehendak berubah kita akan pindah bukan?” seru Mai kepada Hochi setara membersihkan lengannya “Terserah kau, Mai” mereka berbicara , bincang-bincang sangat seru dan mendebarkan.
Esok hari, tak diduga depan rumah mereka tertimbun salju yang tak permisi “Wow! Mai, hari ini bersalju apa kau mau bermain?” Hochi mengagetkan Mai yang masih kadang tertidur “Ow..ow…..ow….oww bisa saja aku mau dan tak perlu mengagetkan mimpi burukku , tetapi lebih baik begitu. Dan, aku setuju” Mereka berdua memakai sepatu bot yang mereka temukan di serakan dekat rumah tahun lalu “Asyiknya, dan aku teringat masa lalu bersama keluargaku, aku teringat itu , Mai!” Hochi yang tadinya berseru kini sedih mengingat masa lalu “Jangan dipikirkan, Hochi memang kesedihan tak bisa dipendam . Dari lubuk hatiku hanya ada keluargaku tercinta kini sudah tiada. Masa lalu biarkan berlalu” Mai menarik tangan Hochi ke kursi taman yang tertimbun salju “Hikss.. Mai, kau memang sahabat hidup terbaik yang pernah kutemui . Terima kasih Mai” Hochi merangkul yang katanya sahabat hidup terbaiknya “Betul perkataanmu, Hochi kita tak akan pindah,sahabatku . Terima kasih juga karena sudah bersedia hidup bersahabat bersamaku” Mereka berdua memang persahabatan yang tak bisa dipisahkan, dan ketika itu hujan salju ringan bertebaran .
TAMAT.
Komentar
Posting Komentar
Kalau Mau Komentar di 'www.penuliscilikpencil.blogspot.com' harap mengetahui aturan ya :) Bagi kamu yang memakai ANYMOUS harus menggunakan Nama di bawahnya ^_^